Nama : Ridho Samantaji
NPM : 5641145
Kelas : 1IA21
KARAWANG - BEKASI
Puisi termasuk seni sastra, sedangkan sastra bagian dari kesenian, dan kesenian cabang/unsur dari kebudayaan. Kalau diberi batasan, maka puisi adalah ekspresi pengalaman jiwa penyair mengenai kehidupan manusia, alam, dan Tuhan melalui media bahasa yang artistik/estetik, yang secara padu dan utuh dipadatkan kata-katanya.
KARAWANG BEKASI
Karya Chairil Anwar
Kami yang kini terbaring antara Karawang-Bekasi
Tidak bisa teriak "Merdeka" dan angkat senjata lagi
Tapi siapakah yang tidak lagi mendengar deru kami
Terbayang kami maju dan berdegap hati?
Kami bicara padamu dalam hening di malam sepi
Jika dada rasa hampa dan jam dinding yang berdetak
Kami mati muda. Yang tinggal tulang diliputi debu
Kenang, kenanglah kami
Kami sudah coba apa yang kami bisa
Tapi kerja belum selesai, belum apa-apa
Kami sudah beri kami punya jiwa
Kerja belum selesai, belum bisa memperhitungkan arti 4-5 ribu jiwa
Kami cuma tulang-tulang berserakan
Tapi adalah kepunyaanmu
Kaulah lagi yang tentukan nilai tulang-tulang berserakan
Ataukah jiwa kami melayang untuk kemerdekaan, kemenangan dan harapan
Atau tidak untuk apa-apa
Kami tidak tahu, kami tidak bisa lagi berkata
Kami bicara padamu dalam hening di malam sepi
Jika dada rasa hampa dan jam dinding yang berdetak
Kenang-kenanglah kami
Menjaga Bung Karno
Menjaga Bung Hatta
Menjaga Bung Syahrir
Kami sekarang mayat
Berilah kami arti
Berjagalah terus di garis batas pernyataan dan impian
Kenang-kenanglah kami
Yang tinggal tulang-tulang diliputi debu
Beribu kami terbaring antara Karawang-Bekasi
Karya Chairil Anwar
Kami yang kini terbaring antara Karawang-Bekasi
Tidak bisa teriak "Merdeka" dan angkat senjata lagi
Tapi siapakah yang tidak lagi mendengar deru kami
Terbayang kami maju dan berdegap hati?
Kami bicara padamu dalam hening di malam sepi
Jika dada rasa hampa dan jam dinding yang berdetak
Kami mati muda. Yang tinggal tulang diliputi debu
Kenang, kenanglah kami
Kami sudah coba apa yang kami bisa
Tapi kerja belum selesai, belum apa-apa
Kami sudah beri kami punya jiwa
Kerja belum selesai, belum bisa memperhitungkan arti 4-5 ribu jiwa
Kami cuma tulang-tulang berserakan
Tapi adalah kepunyaanmu
Kaulah lagi yang tentukan nilai tulang-tulang berserakan
Ataukah jiwa kami melayang untuk kemerdekaan, kemenangan dan harapan
Atau tidak untuk apa-apa
Kami tidak tahu, kami tidak bisa lagi berkata
Kami bicara padamu dalam hening di malam sepi
Jika dada rasa hampa dan jam dinding yang berdetak
Kenang-kenanglah kami
Menjaga Bung Karno
Menjaga Bung Hatta
Menjaga Bung Syahrir
Kami sekarang mayat
Berilah kami arti
Berjagalah terus di garis batas pernyataan dan impian
Kenang-kenanglah kami
Yang tinggal tulang-tulang diliputi debu
Beribu kami terbaring antara Karawang-Bekasi
Puisi ini mempunyai makna yang dalam menurut saya, pesan yang sangat penting untuk generasi manusia Indonesia yang masih hidup. Puisi ini mengandung pesan dan pelajaran mengenai hidup, bahwa, perjuangan bangsa Indonesia belum selesai meskipun Indonesia sudah merdeka. Bangsa Indonesia tidak bisa hidup dengan santai-santai saja, melainkan harus tetap mempertahankan dan memperjuangkan kemerdekaan,kemenangan, dan harapan bangsa Indonesia itu sendiri. Semua belum berakhir dengan seluruh pengorbanan para pahlawan yang telah 'terbaring' di antara Karawang Bekasi. Pelajaran mengenai, bukan hanya sekedar mengenang mereka dalam pikiran, tetapi ikut berjuang bersama semangat mereka yang masih ada sampai sekarang. Perjuangan bukan dipandang dari kuantitas yang telah berkorban, kita harus tetap berjuang untuk mempertahankan kemerdekaan,kemenangan, dan harapan bangsa Indonesia. Tentu kalau dilihat pada zaman sekarang, perjuangan bisa dalam berbagai bentuk, bisa dalam bentuk perang fisik maupun non fisik (berlomba dengan negara lain dalah hal perdagangan, terus mengembangkan budaya, dan lain-lain).
Jelas terlihat bahwa puisi merupakan bagian dari kebudayaan,
karena puisi merupakan sarana hasil karya, rasa, dan cipta masyarakat.
Karena
definisi kebudayaan salah satunya menurut Selo Soemardjan dan Soelaiman
Soemardi adalah sarana hasil karya, rasa, dan cipta masyarakat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar